A.
PENDAHULUAN
73.000 lembaga Diniyah Takmiliyah dengan jumlah guru
363.000 orang dan murid 4.231.201 (empat juta dua ratus tiga puluh satu ribu
dua ratus satu) orang tersebar di
seluruh pelosok negeri tercinta Indonesia ini, merupakan potensi manusia yang
sangat besar. Potensi yang memiliki
keragaman Kultur, budaya dan bahasa sebagai modal dasar dalam pengembangan
niai-nilai keagamaan, seni dan olah raga, sehingga diharapkan mampu melahirkan
manusia yang berkualitas.
Salah satu ajang peningkatan kualitas nilai-nilai
keagamaan, seni dan olah raga di lingkungan Diniyah Takmiliyah dalam bingkai
Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) adalah Pekan Olah Raga dan Seni
Santri Diniyah Takmiliyah (PORSADIN) Tingkat Nasional II tahun 2015. Di dalam
Porsadin ini murid-murid diniyah akan diajak untuk mengenal dan memahami
kemampuan akademis, kemampuan seni dan ketangkasan berolah raga tiap-tiap
individu, sehingga akan terjadi komunikasi timbal balik (silaturrahmi)
individu, baik antar murid maupun antar guru dan seluruh komponen diniyah
takmiliyah. Silaturrahmi semacam ini, secara sadar akan melahirkan rasa
kebersamaan, dorongan kearah peningkatan kompetensi diri, kompetensi lembaga
untuk kemudian bisa meningkatkan kemampuan keagamaan, kemanusiaan, kebangsaan
atas landasan nilai-nilai kebersamaan (ukhuwah) dan kompetisi sehat.
Orientasi seperti itu terus digalakan, sebab
dorongan bagi komponen pendidikan sangat diperlukan. Perubahan dan pengembangan
suatu sistem pendidikan dan pengajaran merupakan keniscayaan manakala tidak
mengenal dan memahami kemampuan dan potensi orang lain. Disamping itu PORSADIN
sebagai syiar keagamaan, bahwa lembaga pendidikan Islam yang dikategorikan
sebagai pendidikan non-formal ini, ada dan memiliki bahan dasar yang perlu
dikembangkan. Eksistensi diniyah takmiliyah secara historis, di satu sisi sudah
sangat kuat dan mengakar, tetapi di sisi lain secara legitmasi kebangsaan masih
perlu perjuangan.
Oleh karena itu untuk memperkuat
eksistensi tersebut, disamping memberikan dorongan kompetitif, saling mengenal
satu sama lain tersebut, segenap komponen diniyah takmiliyah mendudukkan bahwa
PORSADIN II Nasional ini sangat perlu untuk dilaksanakan sehingga akan tergali
berbagai potensi di masyarakat. Pengembangan itu sebagai upaya pencapaian
kemapanan sebuah lembaga pendidikan sehingga semua komponen mengakui
eksistensinya tanpa ada keraguan.
Sebagai acuan tentu berkaca pada PORSADIN I
Tingkat Nasional di Jakarta, dimana seluruh komponen diniyah takmiliyah
memiliki komitmen dan antusiasme yang cukup tinggi. Tentu kegiatan dan
pengalaman tersebut harus terus dikembangkan baik kualitas penyelenggaraan
maupun kualitas kompetisi, sehingga seluruh kegiatan mencerminkan proses
pengembangan diniyah takmiliyah dan proses akomodatif terhadap sistem
pembelajarannya.